Thursday, January 6, 2011

Rumah Ramah “ide sederhana untuk rumah kita”

Desain rumah ramah berawal dari sebuah fenomena. Dimana semakin lama wajah bumi kita semakin suram. Dampak negatif pembangunan kota, menyebabkan polutan,pemakaian energi berlebih, maupun kerusakan ekosistem. Namun, jika kita mau lebih jeli melihat, semua kerusakan tersebut bukan semata-mata akibat dampak negatif kota. Melainkan andil besar oleh rumah-rumah kita sendiri. Desain yang menantang alam, konsumsi energi berlebih, maupun kerusakan lainnya. Awalnya terlihat kecil, tetapi sebenarnya hal ini adalah bagian kecil dari sekumpulan perusak alam.

Untuk memperbaiki itu, rumah ramah mencoba menawarkan konsep berbeda dalam berumah tinggal. Ramah disini berarti ramah lingkungan, ramah iklim, dan tentunya wadah perilaku ramah yang menjadi identitas masyarakat Indonesia. Desain rumah memadukan fungsi rumah sebagai pembentuk perilaku, maupun sebagai respon tehadap lingkungan yang diwujudkan melalui penggunaan material lokal yang ramah lingkungan.

Rumah ramah diasumsikan berada pada site berukuran 11m x 18m dengan karakter tanah berpasir. Lokasi site terletak di area pemukiman padat di daerah urban dengan kondisi site melebar.

Desain dasar merupakan massa balok yang dipecah menjadi dua. Massa bagian bawah diangkat sebagai usaha untuk memaksimalkan bukaan agar sirkulasi udara dan pencahayaan di dalam rumah dapat berjalan maksimal. Serta, pemanfaatan kolam di depan rumah sebagai pendingin alami. Dinding rumah menggunaan rooster sebagai lubang udara, serta sebagian dinding lainnya menggunakan acian semen ekspos. Struktur dasar rumah berupa rangka beton dengan pondasi fooplate. Untuk alas lantai juga meggunakan semen kasar, kecuali pada ruang tamu dan tangga, menggunakan kayu peti kemas bekas. Serta, lantai refleksi pada foyer supaya pemilik dapat berelaksasi (olahraga ringan) setiap hari. Selain ramah lingkungan, penggunaan material lokal seperti ini dapat mengurangi biaya pembangunan maupun perawatan.

Atap rumah didesain sebagai tadah hujan berbahan fiber semen. Air dari atap disalurkan ke bawah menuju filter yang kemudian ditampung di bak tampung. Untuk selanjutnya dapat digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Untuk tiap bukaan paling atas diberi polikarbonat untuk mengurangi tampias air.
Untuk fasade menggunakan kaca supaya panas matahari pagi dapat masuk maksimal karena rumah menghadap ke timur. Serta bukaan-bukaan di sisi lain sebagai sumber pencahayaan alami.


Desain peruangan lantai 1 dibuat sebagai zona publik. Termasuk desain ruang tamu yang besar sebagai welcoming dari keramahan pemilik. Sedangkan untuk lantai 2, dibuat kamar-kamar tertutup untuk memberikan privasi pada pemilik.
Pada halaman luar, ruang terbuka dirancang dengan zoning-zoning tanaman tertentu. Untuk dinding carport, zona kreasi dibiarkan terekspos dari luar. Bertujuan agar tetangga yang melihat ikut sadar memanfaatkan limbah (botol) sebagai media tanam.
Pada semua yang tidak beratap dibiarkan tetap alami sebagai daerah resapan air hujan. Sehingga lubang-lubang biopori dapat difungsikan maksimal. Karena sifat tanah berpasir yang dapat menyebarkan pupuk lebih merata.

Interior-Eksterior
Lay out panel
Pemenang 3 Eco House Design Competition 2010
tim desain : Firman Anjasmoro, Hidayat Zainuddin, Avri Priatama, Febrione Putri R.